Oleh: A.M
Pengertian
Kata Al Hajju di dalam al
Qur'an terdapat dua bacaan, bisa dibaca Al Hajju ( difathah huruf
Ha ) dan bisa dibaca Al Hijju ( huruf Ha nya dikasrah ).Menurut
bahasa al Hajju adalah al Qashdu ( bermaksud ), sedangkan menurut
Syara' Al hajju adalah qashdu ziyarotil baiti 'ala wajhitta'dzim
( bermaksud mengunjungi Baitullah untuk mengagungkan ).Syekh Sayyid Sabiq dalam
kitabnya fiqhussunnah mengatakan bahwa Hajji adalah Qashdu Makkata liadaai
'ibadatit Thawafi was sa'yi wal wuqufi bi'arafata wa sairil manasiki
istijabatan liamrillahi wabtighaa'a mardlatihi ( bermaksud pergi ke Makkah
untuk menunaikan ibadah thawaf, sa'i, wukuf di Arafah, dan menunaikan seluruh
manasik karena ingin memenuhi perintah Allah dan mengharap keridlaan-Nya ).
Kata
Al Mabrur berasal dari kata Al barru yang artinya daratan.Kata al
Barru itu dapat dinisbatkan kepada dua pihak, baik kepada Allah maupun kepada
hamba seperti, innahu huwal barrur rahiem ( Qs. At Thur : 28 ) (
Sesungguhnya Ia yang Maha Luas kebaikannya dan Maha Penyayang ), Barral'abdu
rabbahu ( hamba itu sangat taat kepada Tuhannya ) Lihat al Mufradat fi
gharibil Qur'an, hal 40 .Adapun kata al Birru artinya luas sekali dalam berbuat
baik seperti birrul walidaini artinya sangat luas dalam berbuat baik kepada kedua
orang tua .
Al
Hajju Mabrur adalah Al Hajjul Maqbulu ( haji yang diterima Allah ),
al 'Aini dalam kitabnya 'Umdatul Qari mengatakan, bahwa cirri seseorang yang
dierima hajinya adalah ia kembali dengan perilaku lebih baik dari sebelum ia
berhaji.Adapun mengenai Al Hajjul Mabrur, ia mengatakan bahwa Hajji
Mabruru adalah hajji yang tidak tercampuri dosa.Al Hasan berkata, Al Hajjul
Mabrur adalah kembali sebagai orang zuhud di dunia dan sangat
mengharap kebaikan di akhirat.
Kiat Menjadi haji Mabrur
Upaya agar mencapai dan
memelihara kemabruran haji, kiranya perlu memperhatikan dua hal, yaitu
menyangkut I'tiqadiyyah dan amaliyyah sebagaimana firman Allah
sebagai berikut,
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ
عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ
بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ
الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (ألبقرة :177)
"Tidak termasuk suatu kebaikan
menghadapkan wajah-wajah kamu kea rah timur dan barat, tetapi kebaikan itu
adalah siapa yang beriman kepada Allah, hari kemudian, para Malaikat, kitab,
kitab, dan kepada para nabi, mengeluarkan harta yang dicintainya kepada kerabat
dekat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan
( putus di perjalanan ), orang-orang yang meminta-minta, memerdekakan hamba
sahaya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, memenuhi janji apabila mereka
berjanji, sabar dalam kesempitan, penderitaan dan ketika dalam
peperangan.Mereka itulah orang-orang yang benar ( imannya ) dan orang-orang
yang bertaqwa". ( Qs. Al Baqarah :177 )
Dalam ayat-ayat
yang lain, orang-orang yang bertaqwa itu digambarkan sebagai berikut,
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ
بِالْأَسْحَارِ (آل عمران :17)
"Orang-orang yang sabar, yang benar,
yang taat, yang menginfakkan hartanya, dan senantiasa memohon ampunan di waktu
malam " ( Q.s. Ali Imran :17 )
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ
الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا
اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (آل عمران :135)
"Yaitu orang-orang yang meninfakkan
sebagian hartanya diwaktu lapang dan sempit dan yang menahan amarah, pemaaf kepada
sesame manusia dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. Dan
orang-orang yang apabila berbuat keji atau mendzalimi diri mereka, mereka ingat
kepada Allah lalu mereka meminta ampun, karena tidak ada yang mengampuni segala
dosa kecuali Allah dan mereka tidak terus menerus atas apa yang mereka kerjakan
padahal mereka mengetahui ( Q.s. Ali Imran
:134-135 )
Dengan keterangan-keterngan
di atas jelaslah bahwa haji mabrur itu bukan hanya sempurna melaksanakan
syarat, dan rukun ibadah manasik haji saja, akan tetapi sebelum dan sesudah
berangkat menunaikan ibadah haji harus tercermin akhlaq terpuji ,baik kepada Khaliq
maupun kepada sesama makhluq.